Gabungan Kelompok Tani Makmur ini adalah gabungan kelompok-kelompok tani yang ada dii Cikeruh, Jatinangor, Sumedang.
Menurut hasil pengamatan dan wawancara, bahwa gabungan kelompok ini membutuhkan informasi yang ada dibawah ini:
2. Pemasaran Padi
3. Memaksimalkan Organisasi
4. Memaksimalkan ManajemenTEKNOLOGI USAHA TANI PADI
1. Budidaya Padi dengan Pendekatan Teknologi SRI (System of Rice Intensification)
Dalam upaya memenuhi kebutuhan beras dari
produksi padi dalam negeri dan menekan serta menghilangkan impor beras adalah
melalui ekstensifikasi dan intensifikasi lahan tanaman padi dengan penerapan
inovasi teknologi budidaya padi. Inovasi teknologi yang mampu meningkatkan
produksi padi salah satunya dengan pendekatan teknologi System of Rice
Intensification (SRI). SRI merupakan suatu teknik budidaya padi dengan
memanfaatkan teknik pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara. Dimana
melalui teknologi SRI diharapkan mampu meningkatkan produktivitas tanaman padi
50 persen bahkan mampu mencapai 100 persen. Selain itu, teknik budidaya padi
SRI merupakan sistem pertanian yang ramah lingkungan karena mengutamakan
penggunaan bahan organik sehingga mampu mendukung terhadap pemulihan kondisi
lahan yang cenderung mengalami leveling-off.
KONSEP DAN PRINSIP SRI
SRI, kependekan dari System of Rice Intensification adalah salah
satu inovasi metode budidaya padi yang diperkenalkan pada tahun 1983 di
Madagaskar oleh pastor sekaligus agrikulturis asal Perancis, Fr. Henri de
Laulanie, yang telah bertugas di Madagaskar sejak 1961. Awalnya SRI adalah
singkatan dari "Systeme de Riziculture Intensive" dan pertama kali
muncul di jurnal Tropicultura tahun 1993. Di Madagaskar, hasil metode SRI
sangat memuaskan dimana pada beberapa tanah tidak subur dengan produksi
normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan SRI memperoleh hasil panen lebih
dari 8 ton/ha, beberapa petani memperoleh 10 – 15 ton/ha, bahkan ada yang
mencapai 20 ton/ha. Metode SRI minimal menghasilkan panen dua kali lipat
dibandingkan metode yang biasa dipakai petani.
Tahun 1990 dibentuk Association Tefy Saina (ATS), sebuah LSM
Malagasy untuk memperkenalkan SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International
Institution for Food, Agriculture and Development (CIIFAD), mulai bekerja sama
dengan Tefy Saina untuk memperkenalkan SRI di sekitar Ranomafana National Park
di Madagaskar Timur, didukung oleh US Agency for International Development.
Saat itu, SRI hanya dikenal setempat dan penyebarannya terbatas. Sejak akhir
1990-an, SRI mulai mendunia berkat Prof. Norman Uphoff, mantan direktur CIIFAD.
Tahun 1997, Dr. Norman Uphoff memberikan presentasi SRI di
Bogor, Indonesia; untuk pertama kalinya SRI dipresentasikan di luar Madagaskar.
Tahun 1999, untuk pertama kalinya SRI diuji di luar Madagaskar yaitu di China
dan Indonesia. Pengujian SRI di Indonesia dilaksanakan oleh Badan Penelitian
Tanaman Padi (Indonesian Agency for Agricultural Research and
Development/IAARD) di pusat penelitiannya di Sukamandi, jawa Barat. Hasil
pengujian diperoleh bahwa, panen dengan metode SRI sebesar 6,2 ton/ha sedangkan
hasil dari petak control sebesar 4,1 ton/ha, sehingga ada peningkatan hasil
sebesar 66,12 persen. Sejak itu, SRI diuji coba di lebih dari 25 negara dengan
hasil panen berkisar 7 – 10 ton/ha.
Prinsip budidaya padi dengan metode SRI, antara lain:
1.
Tanam bibit muda berusia antara 7 – 12 hari setelah semai (HSS)
ketika bibit masih berdaun 2 (dua) helai. Penggunaan bibit muda berkaitan
dengan bahwa penggunaan bibit padi yang berumur 5 – 15 HSS menghasilkan
pertumbuhan tanaman lebih cepat karena daya jelajah akar lebih jauh sehingga
perkembangan akar menjadi maksimal pada akhirnya kebutuhan nutrisi tanaman
tercukupi. Selain itu, penggunaan bibit berumur 10 hari, akan menghasilkan
jumlah anakan maksimal 30 – 50 batang dalam setiap rumpunnya.
2.
Tanam tunggal atau tanam bibit satu lubang satu bibit.
Penggunaan satu bibit per lubang tanam bermanfaat untuk
mengurangi kompetisi serta meningkatkan potensi anakan produktif per rumpun.
3.
Jarak tanam lebar.
Jarak tanam yang lebar dengan lebar, yaitu: 25 x 25 cm, 30 x 30
cm, 40 x 40 cm atau bahkan lebih. Penggunaan jarak tanam lebar bertujuan untuk
meningkatkan jumlah anakan produktif. Penggunaan jarak tanam yang cukup lebar
didasarkan pada kebutuhan makanan bagi tanaman, mendorong pertumbuhan akar
secara maksimal, dan memaksimalkan sinar matahari yang masuk secara optimal.
Selain itu, dengan menggunakan jarak tanam yang cukup, tanaman dapat tumbuh
berkembang dengan baik dan menghasilkan produksi secara baik pula.
4.
Pindah tanam harus segera mungkin (kurang dari 30 menit) dan
harus hati-hati agar akar tidak putus dan ditanam dangkal.
5.
Sistem pengairan intermitten atau sistem pengairan berselang.
Pengairan teknik berselang, yaitu air di areal pertanaman diatur
pada kondisi tergenang dan kering secara bergantian dalam periode tertentu,
dimana pemberian air maksimum 2 cm (macak-macak) dan periode tertentu
dikeringkan sampai pecah. Padi merupakan tanaman tumbuh optimal pada tanah yang
lembab dan becek sebagai syarat tumbuh. Untuk itu, tanaman padi sebenarnya
tidak perlu air yang melimpah (penggenangan), namun juga tidak dalam situasi
tanah kering. Dengan pengaturan air yang baik, akan terjaga aerasi tanah yang
baik pula dimana aerasi yang baik adalah syarat tumbuh yang baik bagi tanaman
padi. Apabila sawah selalu digenangi air maka aerasi (siklus udara dalam tanah)
tidak masimal sehingga tanah menjadi asam.
6.
Penyiangan sejak awal sekitar umur 10 hari dan diulang 2 - 3
kali dengan interval 10 hari.
7.
Penggunaan pupuk organik dan pestisida organik.
Sedangkan keunggulan dari metode SRI, antara lain: (1) Dengan
sistem pengairan berselang, pemakaian air dapat dihemat hingga 50 persen.
Selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen pemberian air maksimum 2 cm
paling baik kondisi macak-macak sekitar 5 mm dan terdapat periode pengeringan
sampai tanah retak (irigasi terputus). (2) Tanam bibit muda mampu mengurangi
stres tanaman saat di pindahtanam. (3) Hemat biaya, karena hanya membutuhkan
benih sebanyak 5 kg/ha, tidak membutuhkan biaya pencabutan bibit, tidak
membutuhkan biaya pindah bibit, meminimalkan tenaga tanam, dan lain-lain. (4)
Hemat waktu, ditanam pada saat bibit berumur muda yaitu 7 - 12 hari setelah
semai sehingga waktu panen akan lebih awal. (5) Produksi meningkat, bahkan di
beberapa tempat mampu mencapai 11 ton/ha atau bahkan lebih. (6) Ramah
lingkungan, secara bertahap penggunaan pupuk kimia akan dikurangi dan
digantikan dengan mempergunakan pupuk organik (kompos, kandang dan MOL), begitu
juga penggunaan pestisida.
TEKNIK BUDIDAYA SRI
Penyiapan dan Pengolahan Lahan
Proses awal pengolahan lahan adalah dengan dibajak untuk
membalikkan tanah dan memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan juga
menghancurkan gulma setelah sebelumnya lahan digenangi air selama beberapa hari
agar tanahnya menjadi lunak. Setelah pembajakan pertama lahan sawah dibiarkan
tergenang beberapa hari dan kemudian dilakukan pembajakan kedua. Kedalaman dari
pelumpuran lahan turut menentukan pertumbuhan tanaman dan sebaiknya kedalaman
pelumpuran tersebut setidaknya mencapai 30 cm. Selain itu juga dilakukan
perbaikan pematang sawah agar lahan sawah tidak bocor dan tidak ditumbuhi tanaman
liar dan untuk menghindari tikus bersarang di pematang sawah.
Pupuk organik (kompos/kandang) sebagai pupuk dasar dapat
ditebarkan sebelum pekerjaan penggaruan sehingga pada saat digaru pupuk organik
(kompos/kandang) dapat bercampur dengan tanah sawah atau juga dapat ditebar
setelah proses pembajakan, sehingga pupuk organik (kompos/kandang) dapat
tercampur dengan tanah sawah secara merata dan tidak terbuang terbawa aliran
air. Penggaruan selain untuk makin memperhalus butiran tanah sehingga menjadi
lumpur juga sekaligus bertujuan untuk meratakan lahan.
Jumlah penggunaan pupuk organik sebagai pupuk dasar yang ideal
adalah sebanyak 1 kg untuk setiap 1 m2 luas lahan atau sebanyak 10 ton per
hektar. Hal ini berkaitan bahwa kebutuhan pupuk organik pertama setelah
menggunakan sistem konvensional adalah 10 ton per hektar dan dapat diberikan
sampai 2 musim taman. Setelah kelihatan kondisi tanah membaik maka pupuk
organik dapat berkurang disesuaikan dengan kebutuhan.
Perataan lahan merupakan proses yang sangat penting karena lahan
harus benar-benar rata dan datar sehingga akan memudahkan dalam pengaturan air
nantinya sesuai dengan keperluan. Selanjutnya area penanaman padi parit
keliling dan melintang petak atau dibuat dalam baris-baris atau petakan yang
dipisahkan dengan jalur pengairan/parit dengan lebar petakan sekitar 2 m untuk
memudahkan dan meratakan rembesan air ke seluruh area tanaman padi dan membuang
kelebihan air. Dapat juga letak dan jumlah parit pembuang disesuaikan dengan
bentuk dan ukuran petak, serta dimensi saluran irigasi.
Persiapan Benih
Untuk mendapatkan benih yang bermutu baik atau bernas, harus
terlebih dahulu diadakan pengujian benih. Pengujian benih dilakukan dengan cara
penyeleksian menggunakan larutan air garam dengan langkah sebagai berikut:
1.
Masukkan air bersih ke
dalam ember/panci, kemudian berikan garam dan aduk sampai larut.
2.
Masukkan telur
ayam/itik/bebek yang mentah ke dalam larutan garam ini. Jika telur belum
mengapung maka perlu penambahan garam kembali. Pemberian garam dianggap cukup apabila
posisi telur mengapung pada permukaan larutan garam karena berat jenisnya
menjadi lebih rendah daripada air garam.
3.
Masukkan benih padi yang
akan diuji ke dalam ember/panci yang berisi larutan garam. Aduk benih padi
selama kira-kira satu menit.
4.
Pisahkan benih yang
mengambang dengan yang tenggelam. Benih yang tenggelam adalah benih yang
bermutu baik atau bernas.
5.
Benih yang baik atau
bernas ini, kemudian dicuci dengan air biasa sampai bersih. Dengan indikasi
bila digigit, benih sudah tidak terasa garam.
Benih yang telah diuji tersebut, kemudian direndam dengan
menggunakan air biasa. Perendaman ini bertujuan untuk melunakkan sekam gabah
sehingga dapat mempercepat benih untuk berkecambah. Perendaman dilakukan selama
24 sampai 48 jam.
Benih yang telah direndam kemudian diangkat dan dimasukkan ke
dalam karung yang berpori-pori atau wadah tertentu dengan tujuan untuk
memberikan udara masuk ke dalam benih padi, dan kemudian disimpan di tempatyang
lembab. Penganginan dilakukan selama 24 jam.
Persemaian Benih
Persemaian dengan metode SRI dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu persemaian pada lahan dan persemaian dengan media tempat. Persemaian pada
lahan adalah persemaian yang langsung dilakukan di lahan pertanian, seperti
pada sistem konvensional. Sedangkan persemaian dengan media tempat yaitu
persemaian yang menggunakan wadah berupa kotak/besek/wonca/pipiti yang
ditempatkan di areal terbuka untuk mendapatkan sinar matahari.
Pembuatan media persemaian dengan penggunaan wadah ini
dimaksudkan untuk memudahkan pengangkutan dan penyeleksian benih. Untuk lahan
seluas satu hektar dibutuhkan wadah persemaian dengan ukuran 20 cm x 20 cm
sebanyak 400 – 500 buah. Kotak/besek/wonca/pipiti bisa juga diganti dengan
wadah lain seperti pelepah pisang atau belahan buluh bambu. Pembuatan media
persemaian dengan menggunakan wadah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Mencampur tanah dengan pupuk organik dengan perbandingan 1:1.
2. Sebelum wadah tempat pembibitan diisi dengan tanah yang sudah
dicampur dengan pupuk organik, terlebih dahulu dilapisi dengan daun pisang atau
plastik dengan tujuan untuk mempermudah pencabutan dan menjaga kelembaban
tanah, kemudian tanah dimasukkan dan disiram dengan air sehingga tanah menjadi
lembab.
3. Tebarkan benih ke dalam wadah. Jumlah benih per wadah antara
300 – 350 biji.
4. Setelah benih ditabur, kemudian tutup benih dengan arang
sekam sampai rata menutupi benih.
5. Persemaian dapat diletakkan pada tempat-tempat tertentu yang
aman dari gangguan ayam atau binatang lain.
6. Selama masa persemaian, lakukan penyiraman setiap pagi dan
sore apabila tidak turun hujan agar media tetap lembab dan tanaman tetap segar.
Pada pembuatan media persemaian pada lahan, tanah untuk
penyemaian tidak menggunakan tanah sawah tetapi menggunakan tanah darat yang
gembur yang dicampur dengan pupuk organik/kompos dengan perbandingan 2:1 atau
1:1 dan dapat juga ditambah abu bakar agar medianya semakin gembur sehingga
benih mudah diambil dari penyemaian untuk menghindari putusnya akar. Luas area
untuk penyemaian ideal adalah sekitar 20 m2 untuk setiap 5 kg benih.
Penyemaian yang dilakukan di sawah, tempat penyemaian dibuat
menjadi berupa guludan dengan ketinggian tanah sekitar 15 cm, lebar sekitar 125
cm dan seluruh pinggirannya ditahan dengan papan, triplek atau batang pisang
untuk mencegah erosi. Benih yang sudah ditebar kemudian ditutup lagi dengan
lapisan tipis tanah atau kompos atau abu bakar untuk mempertahankan
kelembabannya kemudian ditutup lagi dengan jerami atau daun kelapa untuk
menghindari dimakan burung dan gangguan dari air hujan sampai tumbuh tunas
dengan tinggi sekitar 1 cm.
Penanaman
Sebelum penanaman terlebih dahulu dilakukan penyaplakan dengan
memakai caplak agar jarak tanam pada areal persawahan menjadi lurus dan rapi
sehingga mudah untuk disiang. Caplak berfungsi sebagai penggaris dengan jarak
tertentu. Variasi jarak tanam diantaranya: jarak tanam 25 x 25 cm, 30 x 30 cm,
35 x 35 cm, atau jarak tertentu lainnya. Penyaplakan dilakukan seeara memanjang
dan melebar dimana setiap pertemuan garis dari hasil penggarisan dengan caplak
adalah tempat untuk penanaman 1 bibit padi.
Bibit ditanam pada umur muda yaitu berumur 7 – 12 hari setelah
semai (hss) atau ketika bibit masih berdaun 2 helai. Pengambilan bibit pada
persemaian di lahan sawah dilakukan dengan hati-hati dengan cara diambil dengan
media tanam (tanah) dengan ketebalan sekitar 10 cm. Pengambilan bibit pada
persemaian tidak dianjurkan dengan cara dicabut/ditarik kemudian diikat dan
ditumpuk. Kemudian kumpulan bibit tersebut ditempatkan dalam suatu wadah
seperti pelepah pisang, potongan bambu atau lainnya untuk memudahkan memindahkan
ke tempat penanaman. Pemindahan dan penanaman harus dilakukan secepat mungkin
dalam waktu kurang dari 30 menit untuk menghindari trauma dan shok. Sedangkan
bibit yang ditanam menggunakan wadah akan lebih mudah membawanya ke tempat
penanaman.
Bibit padi ditanam tunggal atau satu bibit perlubang. Penanaman
harus dangkal dengan kedalaman 1 – 1,5 cm serta bentuk perakaran saat penanaman
horizontal seperti huruf L dengan kondisi tanah sawah saat penanaman tidak
tergenang air.
Penyiangan
Penyiangan (gosrok/matun) dilakukan dengan mempergunakan alat
penyiang seperti gasrok, landak atau rotary weeder atau dengan alat jenis
apapun dengan tujuan untuk membasmi gulma dan sekaligus penggemburan tanah.
Penyiangan dengan gasrok atau mempergunakan rotary weeder, selain dapat
mencabut rumput, juga dapat menggemburkan tanah di celah-celah tanaman padi.
Penggemburan tanah bertujuan agar tercipta kondisi aerob di dalam tanah yang
dapat berpengaruh baik bagi akar-akar tanaman padi yang ada di dalam tanah.
Penyiangan dilakukan minimal 3 kali. Penyiangan pertama
dilakukan pada saat tanaman berumur 10 hari setelah tanam (HST) dan selanjutnya
penyiangan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 20 HST. Penyiangan ketiga
pada umur 30 HST dan penyiangan keempat pada umur 40 HST.
Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk mempertahankan status hara dalam
tanah, menyediakan dan menambahkan unsur hara secara seimbang bagi pertumbuhan
atau perkembangan tanaman, serta meningkatkan produktivitas tanaman. Pemupukan
untuk menambahkan unsur hara dapat dilakukan dengan penyemprotan pupuk organik
cair (POC) atau dapat juga disebut dengan MOL (mikroorganisme lokal).
Penyemprotan MOL tidak hanya memberikan tambahan unsur hara ke dalam tanah,
tetapi juga menambahkan kelimpahan bakteri pengurai ke dalam tanah untuk
mempercepat proses dekomposisi bahan organik dan mengurai hara yang komplek
menjadi lebih sederhana agar lebih cepat diserap oleh tanaman. Selain itu,
penyemprotan MOL sebainya di arahkan ke tanah bukan ke tanaman.
Konsentrasi larutan dalam penyemprotan MOL diharapkan jangan
terlalu pekat untuk menghindari terjadinya proses dekomposisi yang berlebihan
pada tanah yang mengakibatkan akan menguningnya tanaman untuk sementara karena
unsur N yang ada dipergunakan oleh bakteri pengurai untuk aktivitasnya. Proses
dekomposisi yang berlebihan juga akan terjadi bila menggunakan pupuk kandang
atau daun-daunan segar secara langsung ke sawah tanpa proses pengkomposan
terlebih dahulu sehingga tidak baik bila diaplikasikan pada sawah yang sudah
ada tanaman padinya. Tetapi resiko penggunaan MOL atau POC yang berlebihan atau
terlalu pekat tetap akan jauh lebih ringan daripada penggunaan bahan kimia.
Interval penyemprotan MOL dilakukan setiap 10 hari sekali,
dimana penyemprotan MOL kaya kandungan N dapat dilakukan pada usia tanaman padi
10 – 40 hari setelah tanam (HST) tetapi penyemprotan MOL kaya N juga dapat
dilakukan kapanpun apabila diperlukan pada kondisi padi terlihat mengalami
kahat/kekurangan N dengan gejala daun menguning. Penyemprotan MOL yang kaya P
dan K sebanyak 2 atau 3 kali saat tanaman padi sudah memasuki usia sekitar 60
HST untuk memperbaiki kualitas pengisian gabah dengan interval penyemprotan
setiap 10 hari.
Sehingga, penyemprotan dengan MOL dapat dilakukan sebagai
berikut:
1.
Penyemprotan I, dilakukan
pada saat umur 10 HST, dengan menggunakan MOL yang terbuat dari daun gamal,
rebung atau keong mas dengan dosis 20 liter/ha.
2.
Penyemprotan II,
dilakukan pada saat umur 20 HST, dengan menggunakan MOL yang terbuat dari daun
gamal, rebung atau keong mas, dengan dosis 30 liter/ha.
3.
Penyemprotan III,
dilakukan pada saat umur 30 HST, dengan menggunakan MOL yang terbuat dari urine
sapi, rebung atau keong mas, dengan dosis 30 liter/ha.
4.
Penyemprotan IV,
dilakukan pada saat umur 40 HST, dengan menggunakan MOL yang terbuat dari
batang pisang, dengan dosis 30 liter/ha.
5.
Penyemprotan V, dilakukan
pada saat umur 50 HST, dengan menggunakan MOL yang terbuat dari serabut kelapa,
dengan dosis 30 liter/ha.
6.
Penyemprotan VI,
dilakukan pada saat umur 60 HST, dengan menggunakan MOL yang terbuat dari
buah-buahan, sayur-sayuran atau nasi dengan dosis 30 liter/ha.
7.
Penyemprotan VI,
dilakukan pada saat umur 70 HST, dengan menggunakan MOL yang terbuat dari
buah-buahan, sayur-sayuran atau nasi, dengan dosis 30 liter/ha.
8.
Penyemprotan VI,
dilakukan pada saat umur 80 HST, dengan menggunakan MOL yang terbuat dari
terasi, dengan dosis 30 liter/ha.
Pengelolaan Air
Pola pengaturan air dengan pendekatan teknologi SRI adalah
dengan pengairan berselang atau intermitten. Pengairan berselang adalah
pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian
sesuai fase pertumbuhan tanaman dan kondisi lahan. Pengairan berselang dapat
menghemat pemakaian air antara 15 – 30 persen tanpa menurunkan hasil panen.
Proses pengelolaan air dengan pengairan berselang dapat
dilakukan sebagai berikut:
1.
Tanam bibit dalam kondisi
sawah macak-macak (ketinggian genangan ± 0,5 cm).
2.
Pergiliran air dilakukan
selang 3 – 5 hari, tinggi genangan pada hari pertama maksimal 3 cm dan lahan
sawah diairi lagi pada hari ke 5. Cara pengairan ini berlangsung sampai fase
anakan maksimal.
3.
Petakan sawah digenangi
mulai dari kondisi macak-macak (0,5 cm) hingga tinggi genangan 3 cm secara
terus-menerus mulai dari fase pembentukan malai/fase berbunga sampai pengisian
biji.
4.
Pada saat melakukan
pemupukan atau penyemprotan MOL kondisi sawah tidak tergenang.
5.
Sekitar 10 – 15 hari
sebelum panen, sawah dikeringkan.
6.
Pengecekan kondisi air
dapat menggunakan alat sederhana yaitu pipa dari paralon yang sisi-sisinya dilubangi
atau bahan lain yang ditanam ditanah. Petakan sawah diari apabila permukaan air
berada pada pada kedalaman lebih dari -15.
Tabel 1. Teknik pengairan berselang
Umur Tanaman (hst)
|
Kondisi Tanaman dan
Kondisi Pengairan
|
Tinggi Genangan (cm)
|
0
|
Saat pindah tanam
kondisi macak-macak
|
0 – 0,5
|
3 – 30
|
Pergiliran air dengan
selang 3 – 5 hari dari fase anakan aktif hingga anakan maksimum
|
0 – 3
|
35 – 90
|
Petak sawah digenangi
secara terus menerus dari fase berbunga hingga pengisian biji
|
0 – 3
|
10, 20, 30, 40, 50, 60,
70, 80
|
Saat pemupukan kondisi
sawah tidak tergenang/ macak-macak
|
0 – 0,5
|
95 - 105
|
10 – 15 hari sebelum
panen lahan sawah dikeringkan
|
0
|
Keunggulan dari pengairan berselang, antara lain: 1) Menghemat
air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas; 2) Memberi
kesempatan kepada akar untuk mendapatkan udara sehingga dapat berkembang lebih
dalam; 3) Mencegah timbulnya keracunan besi; 4) Mencegah penimbunan asam
organik dan gas H2S yang menghambat perkembangan akar; 5) Mengaktifkan jasad
renik mikroba yang bermanfaat; 6) Mengurangi kerebahan tanaman; 7) Mengurangi
jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah); 8)
Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen; 9) Memudahkan
pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah); dan 10) Memudahkan pengendalian
hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang,
serta mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Pengendalian hama dan penyakit dengan pendekatan teknologi SRI
dilakukan dengan sistem pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT),
yaitu usaha pengelolaan OPT yang menggunakan beberapa cara pengendalian yang
sesuai dalam satu sistem kompatibel dengan memanfaatkan dan mengelola
unsur-unsur dalam agroekosistem (seperti: matahari, tanaman, mikroorganisme,
air, oksigen, dan musuh alami) sebagai alat pengendali hama dan penyakit
tanaman. Sehingga, pengendalian organisme pengganggu tanaman dapat dilakukan
dengan menggunakan pestisida nabati, pestisida biologi, dan agensia hayati.
Pemanenan
Penanganan panen dan pasca panen padi meliputi beberapa tahap
kegiatan yaitu: penentuan saat panen, pemanenan, penumpukan sementara di lahan
sawah, pengumpulan padi di tempat perontokan, perontokan, pengeringan gabah,
pengemasan dan penyimpanan gabah, penggilingan, pengemasan dan penyimpanan
beras.
Penentuan saat panen merupakan tahap awal dari kegiatan
penanganan pasca panen padi. Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat mengakibatkan
kehilangan hasil yang tinggi dan mutu gabah/beras yang rendah. Penentuan saat
panen dapat dilakukan berdasarkan pengamatan visual dan pengamatan teoritis.
- Pengamatan Visual.
- Pengamatan Teoritis.
2.Berbudidaya Padi dengan Bebek
Sumber ini admin
(pengelola blog) dapatkan dari salah satu blog yang merupakan hasil percobaan
budidaya di Jepang. Berbudidaya padi sawah dengan bebek ini ia namakan sebagai
Pertanian Terpadu Padi dan Bebek. Cara pengerjaannya adalah :
a.
Sawah padi ditutup dengan pagar bambu,
jaring, aliran listrik, dan bahan-bahan lainnya. Penutupan sawah ini bertujuan
untuk menjaga bebek dari terkaman predator (pemangsa bebek) dan mencegah bebek
lepas keluar sawah
b.
Satu sampai dua minggu setelah penanaman
bibit padi, anak bebek yang berumur 1-2 minggu dilepas di sawah dengan jumlah
yang proporsional yaitu 20-30 ekor per 10 are.
c.
Anak bebek dipelihara dengan cara
melepaskannya di sawah baik siang maupun malam sampai dengan saatnya bulir padi
terbentuk (di Jepang sekitar 2-3 bulan). Seperti dilakukan di pedesaan di
Negara Asia pada umumnya bebek hanya dilepas di sawah pada siang hari saja
kemudian digiring masuk kandang pada sore hari dengan alasan untuk mencegah
bebek tersebut dicuri orang.
Untuk percobaan,
dilepaskan anak Aigamo di sawah padi setelah penanaman bibit padi. Anak bebek
akan berenang keseluruh penjuru sawah padi, dengan rakus memakan rumput liar
(gulma), serangga, katak, berudu dan lumpur di sawah padi. Anak bebek ini akan
tumbuh dengan cepat. Tanaman padinya akan terbajak dengan baik, keluar cabang
dengan baik, dan tumbuh dengan pesat.
Manfaat yang akan di dapat dalam
budidaya ini adalah :
Bagi bebek :
Padi mempunyai manfaat
- Manfaat untuk penyiangan
- Manfaat pengendalian hama dan penyakit
- Manfaat pemupukkan
- Manfaat pembajakan dan penggemburan tanah sepanjang waktu
- Manfaat mengendalikan keong emas
- Manfaat stimulasi pertumbuhan padi
Bebek mempunyai manfaat
- Penggunaan sumber alami sebagai makanan seperti gulma, serangga, air tanaman
- Penggunaan ruang yang tersisa di sawah padi sebagai habitat bebek
- Penggunaan air yang berlimpah
- Sebagai tempat bebek bersembunyi di bawah daun padi
Pada beberapa tahun belakangan ini,
system ini menjadi bertambah variasinya dengan adanya penambahan ikan, azolla,
dan peningkatan-nitrogen.
Bebek sebagai binatang pekerja yang bahagia
Pertanian model lama,
begitu mudahnya menggunakan pestida, herbisida, dan pupuk kimia, tetapi mereka
perlu input dari luar lainnya yaitu perlu tenaga untuk menyemprotkannya pada
hamparan sawah padi. Dan kalau menggunakan mesin spray, diperlukan orang lagi
untuk menjalankan mesin tersebut.
Akan tetapi, pada
pertanian terpadu padi dan bebek, bebek di sawah padi dapat melakukan semua
aktifitas baik penyiangan gulma, pembasmian hama, maupun pemupukan. Tidak
diperlukan manejemen yang sulit .atau input tenaga tambahan banyak. Maka dari
itu bebek disebut “tenaga kerja binatang”. Tenaga kerja bebek sama sekali
berbeda dengan tenaga kerja binatang lain seperti kuda untuk menarik muatan
barang yang berat atau sapi yang digunakan untuk membajak sawah.
Kuda dan sapi
dipekerjakan di lapangan mengeluarkan energi banyak, sedangkan bebek
melaksanakan kerjanya sambil makan, bermain, buang kotoran dan tidur, kegiatan
yang menyenangkan. Sebagai hasil bebek dan padi tumbuh secara alami. Sebenarnya
bebek tersebut tidak bekerja dengan perintah tertentu, tetapi bebek dapat
bergerak bebas dan senang. Kita dapat mengatakan disini bahwa bebek merupakan
“binatang pekerja yang bahagia”
Bebek dapat bermain dan
bergerak lebih bebas di sawah padi, dibanding broiler yang berada dalam kandang
ayam yang padat dan sedikit angin. Furuno san suka pada pertanian terpadu padi
dan bebek sebagai “peternakan bebas”.
Bebek tidak hanya
bekerja, tetapi juga memupuk padi dan melakukan banyak peran. Pertanian terpadu
padi dan bebek dapat kita dinikmati. Metoda peternakan ini dengan jelas dapat
memanfaatkan potensi secara penuh peternakan di Asia.
Potensi ketahanan siklus ekosistem
Petanian padi modern
menciptakan sistem yang melemah
Pada setiap pertengahan bulan Juni kita dapat menikmati keindahan pemandangan sawah padi di seluruh Jepang. Dalam rangka mengurangi timbulnya gulma, hama, dan penyakit, pada pertanian organik tradisional, dalam penanaman sayur-sayuran, biasa dilakukan pergantian komoditi tanaman, pergantian lahan, dan tumpangsari tanaman dengan menggunakan berbagai varietas sayur-sayuran. Akan tetapi pada pertanian padi modern, hanya difokuskan pada produksi jangka pendek dengan menggunakan sedikit pekerja. Pada kasus pertanian padi organik, juga hanya satu jenis komoditi yang ditanam.
Pada setiap pertengahan bulan Juni kita dapat menikmati keindahan pemandangan sawah padi di seluruh Jepang. Dalam rangka mengurangi timbulnya gulma, hama, dan penyakit, pada pertanian organik tradisional, dalam penanaman sayur-sayuran, biasa dilakukan pergantian komoditi tanaman, pergantian lahan, dan tumpangsari tanaman dengan menggunakan berbagai varietas sayur-sayuran. Akan tetapi pada pertanian padi modern, hanya difokuskan pada produksi jangka pendek dengan menggunakan sedikit pekerja. Pada kasus pertanian padi organik, juga hanya satu jenis komoditi yang ditanam.
Diversifikasi yang
kreatif
Dengan melepas bebek
dalam satu tanaman monoculture padi saja, kita dapat meningkatkan
keanekaragaman tumbuhan sambil mengendalikan pertumbuhan (seperti diversifikasi)
gulma dan hama penyakit. Kalau kita dapat membuat ekosistem yang baru dan
beranekaragam dimana padi, bebek dan tanaman air tumbuh bersama. Ini yang
diinginkan dalam pertanian terpadu padi dan bebek. Sejak tahun 1993, Furuno san
berusaha meneruskan peningkatan keaneragaman dengan memasukan azolla, paku air
untuk peningkatan nitrogen ke dalam sawah padi dan bebek. Yang menarik dalam
pertanian terpadu padi bebek adalah bagaimana meningkatan keaneragaman secara
kreatif yang dapat meningkatkan produktivitas.
Pertanian padi sebagai
siklus ekosistem yang kekal
Untuk memperlihatkan dengan jelas ciri khas pertanian terpadu padi dan bebek, Furuno san membuat perbandingan sekema siklus ekosistem “pertanian padi modern”, “pertanian padi organik” dan “pertanian terbadu padi dan bebek”. Pengembangan pertanian padi modern dengan ciri melakukan penggantian tenaga kerja dengan sejumlah energi bahan bakar fosil yang diimpor disertai input eksternal lainnya.
Untuk memperlihatkan dengan jelas ciri khas pertanian terpadu padi dan bebek, Furuno san membuat perbandingan sekema siklus ekosistem “pertanian padi modern”, “pertanian padi organik” dan “pertanian terbadu padi dan bebek”. Pengembangan pertanian padi modern dengan ciri melakukan penggantian tenaga kerja dengan sejumlah energi bahan bakar fosil yang diimpor disertai input eksternal lainnya.
Pada pertanian padi
organik, polusi yang ditimbulkan relatif lebih sedikit, karena tidak menggunakan
pupuk kimia maupun bahan kimia lain yang diproduksi secara industri. Akan
tetapi Jepang sangat tergantung pada sumber bahan baku asal luar negeri sebagai
material untuk pembuatan pupuk kompos dan organik. Dapat dikatakan bahwa padi
organik yang tumbuh di Jepang bertumpu pada kesuburan tanah luar negeri. Akan
tetapi pada kasus pertanian terpadu padi dan bebek, hanya diperlukan sedikit
input eksternal. Gulma dan serangga dimakan oleh bebek, sedangkan bebek memberikan
dampak peningkatan pertumbuhan tanaman padi. Pertanian terpadu padi dan bebek
lebih kekal dan mempunyai siklus lebih baik dari pada metoda lain.
Pertanian terpadu padi, bebek dan azolla merupakan jalan kreatif untuk menciptakan siklus ekosistem produktif yang kekal.
II. PEMASARAN PADI
1. Product (Produk)
2. Price (harga)
3. Place (Distribusi/Tempat)
4. Promotion (Promosi)
Pertanian terpadu padi, bebek dan azolla merupakan jalan kreatif untuk menciptakan siklus ekosistem produktif yang kekal.
II. PEMASARAN PADI
Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah proses
bagaimana memasrkan barang dari supplier kepada konsumen, ini adalah salah satu
cara yang digunakan pengusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya
untuk mendapatkan laba.
Menurut Kolter dan Amstrong (2008,p6) pemasaran adalah proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagi imbalnya.Kotler (2005, p10) juga mengatakan sebelumnya pemasaran adalah suautu proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan ingin dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pohak lain.Menurut Sunarto (2003, p6-7) pemasaran adalah proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibuthkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk bernilai dengan pihak lain.
Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat (American Marketing Association menyebutkan definisi pasar adalah proses perencanaan dan pelaksanaan ide, barang dan jasa berikut harga, promosi, dam pendistribusiannnya untuk menciptakan transaksi yang memuaskan kebutuhan individu dan institusi.
Kesimpulan dari definisi-definisi di atas bahwa pengertian pemasaran adalah
segala usaha atau aktifitas untuk menyampaikan barang atau jasa sampai ke
tangan konsumen, dimana kegiatan tersebut bertujuan untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan/permintaan dengan cara menukarkan barang dengan harga ataupun
lainnya.
Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran
menurut para ahli:
- Menurut Stanton (2005, p22) manajemen pemasaran adalah sarana yang didayagunakan oleh bisnis untuk menjalankan konsep pemasaran.
- Menurut Kotler dan Amstrong (2008, p10) manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu untuk memilih target pasar dan membangun hubungan yang menguntungkan dengan target pasar itu.
Bauran Pemasaran
Manurut Kotler dan
Amstrong (2008, p58) bauran pemasaran (marketing
mix) adalah kumpulan alat pemasaran taksti terkendali yang dipadukan
perusahaan untuk menghasilkan respon yang dinginkannya di pasar sasaran.
Menurut Umar (2005, p
31-36) terdapat empat (4) variabel utama dalam bauran pemasaran yang dikenal
dengan 4P yaitu:
1. Product (Produk)
Produk adalah suatu barang atau jasa yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendaptkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapt memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan. Faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah mutu, penampilan, gaya, merek, pengemasan, ukuran, jenis dan jaminan.
2. Price (harga)
Sejumlah uang yang dibebankan untuk mendapatkan produk atau jasa. Dalam menentukan harga diperlukan faktor-faktor yang mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung. Contoh dari faktor langsung adalah bahan baku, biaya pemasaran dan faktor lainnya. Sedangkan contoh dari faktor tidak langsung adalah harga pokok sejenis yang dijual pesaing pengaruh harga terhadap hubungan antara produk substitusi, serta potongan untuk penyalur konsumen.
3. Place (Distribusi/Tempat)
Saluran distribusi yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia bagi pengguna dan konsumsi oleh konsumen atau pengguna industrial.
4. Promotion (Promosi)
Promosi adalah bagian dari keseluruhan aktivitas perusahaan yang menangani tentang komunikasi da menawarkan produknya kepada target pasar.
Pemasaran Hasil
Pertanian
Dalam pertanian
pemasaran memiliki fungsi penting yaitu:
- Fungsi Penyimpanan
Fungsi
penyimpanan diperlukan untuk menyimpan barang selama belum dikonsumsi atau
menunggu diangkit ke daerah pemasaran atau menunggu diolah. Pada fungsi
penyimpanan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
-
Jumlah stok yang dimiliki
-
Jumlah stok regional, nasional dan dunia
-
Cara-cara pengelolaan dan pembiayaan
stok
-
Cara mengurangi biaya operasi
penyimpanan dan pengelolaan persediaan
-
Tingkat volume stok yang efisien dan
efektif
-
Perkiraan lama penyimpanan yang akan
dilakukan
Biaya
penyimpanan dapat ditekan dengan cara:
-
Pemberantasan hama selama penyimpanan
-
Pelaksanaan panen yang tepat
-
Perbaikan konstruksi gudang sesuai jenis
dan sifat barang
-
Kandungan air dari barang yang tepat
- Fungsi Transportasi
Fungsi
transportasi berfungsi untuk melancarkan perpindahan produk dari lokasi
produksi sampau ke lokasi konsumen akhir. Baiay transportasi ditentukan oleh:
lokasi produksi, area pasar yang dilayani, bentuk produk yang dipasarkan,
ukuran dan kualitas produk yang dipasarkan.
- Fungsi Grading dan Standarisasi
Yang
dimaksud dengan fungsi grading dan standarisasi adalah untuk menyederhanakan dan
mempermudah serta meringankan biaya perpindahan komoditi melalui saluran
pemasaran. Grading adalah tindakan mengklasifikasi hasil pertanian menurut
standardisasi yang diinginkan atau penyortiran produk-produk ke dalam satuam
atau unit tertentu. Standarisasi adalah justifikasi kualitas yang seragam
antara pembeli dan penual, antar tempat dan antar waktu.
- Fungsi Perikalan
Fungsi
periklanan bertujuan untuk meninformasikan atau mengenalkan ke konsumen apa
yang tersedia untuk dibeli dan untuk mengubah permintaan atas suatu produk.
Tujuan iklan menurtu Rhenald Kasali (1995:159) biasanya dibangun atas empat
komponen yaitu: aspek perlikau (tindakan-tindakan yang diharapkan pada calon
pembeli), sikap yang diharapkan, yang menyangkut sikap atau keistimewaan
produk, kesadaran dalam mengembangkan produk-produk baru di pasaran yang
diminati pembeli, Postioning sasaran
konsumen.
Pemasaran sebagai salah
satu subsistem dalam kegiatan agribisnis. Dalam konsep pemasaran sekaligus tercermin
kegiatan pendistribusian hasil yang memperlancar dan mempermudah penyampaian
barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaanya sesuai
dengan yang diperlukan meliputi jenis, jumlah, harga, tempat dan saat
dibutuhkan (Tjiptono, 1998). Dalam pelaksanaan aktivitas distribusi dari
produsen kepada konsumen, petani sebagai produsen seringkali harus bekerjsama
dengan berbagai perantara. Perantara atau lembaga pemasaran adalah orang atau
badan yang menyelenggarakan kegiatan pemasaran, menyalurkan barang dan jasa
dari produsen ke konsumen akhir serta mempunyai hubungan organisasi satu dengan
lainnya (Stanton, dkk, 1990).
Mata rantai sistem
agribisnis beras di Jawa Barat melibatkan empat subsistem, yaitu pengadaan
saran produksi, pasca-panen atau penggilingan padi-beras, serta distribusi
pemasaran.
1. Subsistem Produksi
Hal yang mendukung produksi padi adalah:
- Penggunaan varietas unggul berlabel
- Teknologi yang digunakan spesifik lokasi sesuai dengan konsidi agroekosistem. Penggunaan Pupuk Sp 36 sesuai dengan takaran.
- Kemampuan petani yang baik dalam mengidentifikasi dan mengendalikan hama dan penyakit utama pada padi
- Penggunaan air irigasi yang secukupnya
- Peningkatan mutu intensifikasi dengan meningkatkan penggunaan pupul SP-36 dan KCl
- Peningkatan intesitas pertanaman di lahan sawah, baik di lahan sawah irigasi melalui gerakan hemat air dengan teknik pemberian air berselang, maupun di lahan tadah hujan dengan pengembangan irigasi pompa
- Introduksi padi hibrida yang memiliki produktivitas 15-20% lebih tinggi
Untuk menekan kehilangan hasil dan
memperbaiki mutu beras dapat diterapkan beberapa cara, antara lain paket
teknologi produksi beras premium yang menerapkan sistem manajemen mutu melalui
proses good agriclutere practices(GAP),
good post-harvesting practices (GPHP)
dab good milling practices (GMP) atau
paket teknologi produksi beras kristal yang menggunaan sistem pemolesan atau pengkabutan
3. Subsistem Distribusi dan Pemasaran
Sistem pemasaran beras di Jawa Barat
lebih banyak menerapkan strategi pemasaran klasik, yaitu memandang pasa
(konsumen) sebagai sesuatu yang homogen (serba sama). Hal ini natra lain
ditunjukkan oleh pelaku agribisnis beras cenderung menerapkan startegi pemsaran
dengan “menjual apa yang dihasilkan” dan hampir melupakan keadaan pasar yang
heterogen (preferensi konsumen berbeda). Jika mempertimbangkan preferensi
konsumen,maka petani “menjual apa yang diinginkan konsumen”. Salah satu
penghambat dalam susbsistem agribisnis beras pada aspek pemasaran adalah:
kualitas gabah atau beras yang rendah, harga gabah atau beras berfluktuasi,
proporsi beras yang terserap oleh Dbulog rendah tidak memenuhi standar kualitas
yang ditentukan, dan adanya indikasi masuknya beras impor secara ilegal
(penyeludupan)
Subsitem penunjang, kelembagaan
petani/kelompok tani yang sudah harus dibangun dalam dimensi integrasi vertikal
sistem agribisnis. Kelembagan diharapkan mampu memberikan layanan untuk
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi pelaku usaha agribisnis seperti
manajemen dan kewirausahaan, permodalan dan teknologi. Maka perlu dilakukan
peningkatan fungsi dan peran kelembagaan penunjang seperti penyuluhan,
penelitian, dan perkreditan serta pembangunan infrastruktur.
Kebijakan terkait Pemasaran Beras
Model agribisnis beras skala
kecil-menengah di Jawa Barat hendaknya memenuhi kriteria sbb:
Organisasi merupakan suatu perkumpulan yang terdiri
dari dua orang atau lebih yang secara sadar bekerja sama secara terstruktur
untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok
Tani merupakan sekumpulan/beberapa orang petani atau peternak yang
menghimpun diri mereka dalam suatu kelompok karena mempunyai keserasian mengenai tujuan, motif, dan minatnya. Pembentukan kelompoktani
memiliki beberapa tujuan diantaranya :
- Dimulai dari unit komersial milik petani, baik dalam bentuk kelompok tani/P3A Mitra-cai, koperasi kelompok tani, koperasi agribisnis, KUD dll sebagai awal pengembangan agribisnis skala kecil menengah.
- Berorientasi pada permintaan pasar atau preferensi konsumen
- Menerapkan sistem mutu dan melaksanakan perbaikan paket teknologi GAP, GPHP, dan GMP secara simultan
- Mendudukan kembali peran Bulog/Dolog sebagai lembaga pengendali harga dan perbaikan sistem distibusi beras
- Memformulasikan kebijakan yang diarahkan untuk meningkatkan efesiensi pemasaran beras, mengurangi distorsi pasar serta menanggulangi penyeludupan beras.
3. Organisasi Petani Yang Kurang Berjalan
1.
Menciptakan
tata cara penggunaan sumber daya yang ada
2.
Berfungsi
sebagai Alat Pembangunan
3. Membangun
kesadaran anggota petani untuk menjalankan mandate yang diamanahkan oleh kelompoktani
nya.
Seperti
halnya organisasi yang efektif, kelompoktani yang juga harus memenuhi kriteria organisasi
yang efektif juga. Kata organisasi efektif itu menyangkut hal-hal seperti bentuk
struktur organisasi, falsafah pendirian, komunikasi antar anggota, tugas dan tanggungjawab,
kerja dan kinerja, perhitungan biaya yang tepat sasaran.
Persyaratan
dan tujuan organisasi yang efektif dan efisien
1.
Cara
melaksanakan pekerjaan, sasaran rencana, serta usaha untuk mencapainya
2.
Fungsi
tiap bagian (berdasarkan masalah, tugas, atau proyek yang menentukan bagaimana cara
pengorganisasian sumber daya manusia)
3.
Keputusan
dibuat dengan atau didekat sumber informasi
4.
Sistem
penghargaan dan hukuman dijalankan berdasarkan : keuntungan jangka pendek atau hasil
produksi, pertumbuhan dan perkembangan karyawan mereka, dan menciptakan kelompok
kerja yang aktif
5.
Komunikasi
vertical atau horizontal antar elemen organisasi
6.
Peminimalan
persaingan antar pribadi individu
7.
Persaingan
ide antar individu dan kecilonya energi yang terbuang dikarenakan hal tersebut
8.
Organisasi
dan bagian-bagiannya berinteraksi satu sama lain, dan dengan lingkungan yang lebih
luas
9.
Ada
nilai yang dibagi bersama,dan strategi manajemen untuk mendukungnya
10. Mekanisme ’UmpanBalik’ sebagai metode
perbaikan kinerja dan pembelajaran
Langkah-langkah
realisasi membentuk organisasi kelompok tani yang efektif
1) Adakan
suatu pertemuan untuk menjelaskan tujuan dari pertemuan dan pembentukan organisasi
kelompoktani berikut tujuan dan sasarannya. Prinsip mufakat dalam musyawarah harus
dijalankan
2)
Menganggap
semua peserta yang hadir memiliki kedudukan yang sama dalam pertemuan tersebut
3) Menggali
potensi dan mengembangkannya. Misalnya dari sisi produk pertanian, kemampuan petani
dalam pengolahan tanah, produk, dll.
4)
Menentukan
pengurus inti kelompok, tugas dan fungsinya dalam kelompoktani
5) Membina
jiwa keteladanan tiap individu sehingga tercipta struktur pembina, anggota dan apa-apa
yang dilaksanakan
Membentuk
organisasi kelompoktani yang efektif
Sifat
yang menonjol dari organisasi yang efektif itu adalah aktif, kreatif dan
partisipatif Artinya :
1)
Memiliki
pengurus dan anggota yang aktif bekerja untuk organisasi
2)
Memiliki
sumber dana operasional bagi kepentingan organisasi
3)
Memiliki
usaha yang menguntungkan secara finansial dan berkembang
4) Adanya
hubungan yang saling mendukung dan menguntungkan dengan pihak lain diluar organisasi
yang dimaksud
5) Memiliki
mekanisme pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja organisasi, pengurus dan anggota
dalam aturan waktu yang ditentukan oleh organisasi
6)
Dilakukannya
usaha perbaikan kearah yang lebih baik
Sarana
atau wahana yang dibutuhkan
1.
Tempat
Pertemuan
2.
Catatan
pertemuan (Minutes of Meeting)
3.
Daftar
dan tanda anggota
4.
Struktur
Organisasi, Nama pengurus, tugas dan tanggungjawab
5.
Catatan
kegiatan tiap bagian kepengurusan
6.
Catatan
hasil pemantauan dan evaluasi
7.
Cash–Flow
kegiatan usaha
8.
Daftar
inventaris organisasi
0 komentar:
Posting Komentar